Kadar Kecukupan dalam Statistik Illahi

Kita tentu masih ingat tentang kisah Qarun.  Qarun adalah sepupu Musa, anak dari Yashar adik kandung Imran, ayah Musa.  Kehidupan Qarun pada awalnya sangatlah miskin dan memiliki banyak anak.  Pada suatu kesempatan ia meminta tolong kepada Musa untuk mendoakannya kepada Allah agar memiliki harta benda.  Permintaan tersebut dikabulkan oleh Allah.  Tidak kurang dari ribuan gudang harta berlimpah penuh berisikan emas dan perak.  Akan tetapi, harta tersebut tidak menjadikannya dekat kepada Allah, malah sebaliknya menjadikan ia sebagai orang sombong dan suka pamer.  Pada suatu saat, ketika Qarun keluar membawa seluruh hartanya untuk dipamerkan kepada orang-orang, dan tidak dinyana dan tidak diduga bumi menelannya atas perintah Allah, sehingga Qarun binasa beserta seluruh hartanya dan istananya.  Begitulah Allah menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya.  Kisah Qarun ini diabadikan oleh Allah dalam QS Al-Qashash: 76-83.

Setiap manusia tidak akan pernah merasa cukup berapapun harta yang diberikan Allah kepadanya.  Padahal Allah telah memberikan untuk setiap makhluk hidup di dunia ini sesuai dengan kadarnya.  … dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya (QS. Ar-Rahman (55) : 33; QS. Ash Talaq : 3 ;QS. Fathir : 43 ;QS. Asy-Suraa : 17 ;QS. Al-Qamar : 49). Allah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan kadarnya memberikan hikmah yang cukup besar bagi makhluk yang bisa berfikir.

Kreativitas manusia sebagai khalifah di muka bumi dengan keunggulan akliyahnya, memanfaatkan sumber daya yang ada di bumi.  Setiap sumber daya mempunyai karakteristik dengan ukuran tertentu menurut ukurannya masing-masing sesuai dengan sunnatullah dan tidak akan berubah untuk selamanya.  Menjadi kewajiban manusia untuk dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di bumi demi kemaslahatan diri sendiri maupun masyarakat.  Manusia akan mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang diusahakannya.  Allah memerintahkan manusia untuk memperhatikan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi (QS Yunus ayat 101).  Ini berarti bahwa manusia diharuskan untuk selalu mengadakan penelitian mengkaji hal-hal yang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia dengan menggunakan metode-metode tertentu yang berhubungan dengan karakteristik sumber daya yang ada.

Penelitian atau penyelidikan itu tentu membutuhkan metode atau alat untuk mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.  Matematika dan statistika mampu menjawabnya.  Setiap permasalahan dapat dideskripsikan dan dianalisis, sehingga dapat dilakukan estimasi atau prediksi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di berbagai bidang yang melingkupi kehidupan manusia, meliputi bidang ekonomi, industri, bisnis, ataupun bahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam statistika terdapat hal penting yang dapat digunakan untuk menguji kebenaran atau pengetahuan akan suatu penelitian.  Itulah yang disebut hipotesis.  Jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.  Manusia dalam setiap langkah hidupnya sebenarnya melakukan pula proses pembuatan hipotesis atau pendugaan.  Sering yang kita lakukan adalah melakukan praduga negatif terhadap apa yang terjadi pada diri kita tanpa melihat apa sesungguhnya hikmah yang direncanakan Allah.

Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya.  Saat kita melakukan praduga negatif maka terkadang hal tersebut menjadi kenyataan. Ada baiknya untuk kita melakukan introspeksi diri sampai sejauh mana kita dapat berupaya untuk selalu berfikir positif sehingga hipotesis nol atau hipotesis awalnya menjadi dapat diterima pada hasil akhirnya.

Silih berganti antara kesenangan dan ujian yang harus dihadapi oleh manusia tidak akan pernah usai hingga maut menjemput.  Hal itu menjadikan kita harus mampu untuk menjadi pribadi  yang selalu bersyukur dan bersabar dalam menghadapinya.  Sebagai muslim yang beriman kita wajib meyakini bahwa segala kejadian yang menimpa kita berasal dari kekuasaan Yang Maha Besar yakni Allah SWT.  Tidak ada yang luput dari pengawasannya.  Setiap langkah kaki kita bahkan deru nafas kita ataupun pikiran yang melintas di benak kita selalu ada dalam pengawasan-Nya.  Perkataan adalah do’a.  Allah akan mengabulkan do’a melalui mengabulkan secara langsung, mengundurkan waktunya, atau mengganti dengan yang lebih baik.  Sehingga kita harus selalu memperhatikan segala tindakan dan perkataan kita agar dapat bijak untuk dapat menanamkam di benak kita ungkapan “possitive thinking”.

Semua yang ada dalam kehidupan ini juga merupakan hipotesis.  Hipotesis yang diberikan sebagai dasar dalam kita mengarungi kehidupan ini adalah hipotesis yang harus kita cari kebenarannya dalam Al Qur’an dan sunah Nabi Muhammad SAW.  Jika kita berpegang dengan dua hal tadi maka kita akan selamat di dunia dan di akherat.  Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud [11] : 15-16).  Semoga kita dapat meraih kehidupan dunia tanpa berlepas dari mempersiapkan kehidupan di akherat.

Jangan pernah kita berputus asa dari rahmat Allah.  Sekali lagi Allah yang telah menciptkan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran dengan serapi-rapinya (QS Al Furqon :2).  Beruntunglah orang yang telah memahami hakekat penciptaan dirinya karena dia akan memhami Penciptanya.  Setiap manusia diciptakan dengan sempurna dan diberikan kecukupan kenikmatan sesuai dengan kadar kemampuannya.  Sifat yang harus dimiliki oleh setiap muslim adalah sifat qana’ah atau merasa cukup.  Dengan sifat qana’ah tersebut menjadikan kita menjadi orang yang beruntung.  Ada kalanya kita terpeleset atau bahkan tergelincir, tetapi harus kita kembalikan lagi kepada jalan yang lurus, jalan kebenaran Islam.  Itulah rahasia Illahi dalam setiap detik yang harus kita jalani untuk menggapai kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan menjadikannya bekal dalam kehidupan yang kekal abadi di akherat kelak.  Wallahu ‘alam bishshawab.

 

Penulis:
vembri Noor Helia, ST., MT.

Dosen Prodi Teknik Industri