Isu mengenai limbah makanan saat ini sedang ramai diperbincangkan. Permasalahan timbul karena makanan yang tersedia tidak habis dikonsumsi hingga masa kadaluarsa. Isu tersebut rupanya mendorong sekelompok mahasiswa UII untuk membuat sebuah produk bernama “OPTIMA, Inovasi Produk Toples Pengingat Masa Kadaluarsa”. Tujuan dibuatnya alat ini sebagai solusi untuk meminimalkan makanan bersisa melewati masa kadaluarsa. Dengan beranggotakan tiga orang yang terdiri dari Oktavira Revi (Teknik Industri 2015), Nadia Zhafira (Teknik Industri 2015), dan Adienta Mustika Ma’arij (Teknik Industri 2015).

Disampaikan Oktavira Revi, prosedur kerja yang diterapkan dengan memasukkan toples yang sudah terisi makanan ke dalam Optima. Kemudian tombol daya dinyalakan sehingga display LCD hidup. Alat ini dilengkapi dengan aplikasi, sehingga kontrol dapat dilakukan pada smartphone yang sudah terpasang aplikasi Optima.

“Kontrol dapat dilakukan karena nama makanan dan tanggal kadaluarsa sudah diinput sebelumnya dan akan muncul pada display LCD. Sejak di input data makanan tersebut, display mulai melakukan expired countdown. Dilengkapi dengan lampu indikator dapat memudahkan konsumen untuk mengetahui waktu sisa kadaluarsa produk”, tambahnya.

Sedangkan lampu hijau menunjukkan makanan masih aman dikonsumsi. Lampu kuning merupakan signal waktu kadaluarsa tinggal 3 hari dan lampu merah sebgai tanda makanan telah melewati masa kadaluarsa.

“Kelebihan yang dimiliki oleh Optima sangat memudahkan konsumen karena terintegrasi dengan aplikasi di smartphone”, ujarnya. Meskipun demikian masih terdapat beberapa hal yang perlu dikembangkan. Salah satunya kendala yang dapat menghambat sistem kerja Optima terkait dengan masalah belum semua makanan dilengkapi dengan informasi kadaluarsa.

“Tantangan selama proses pembuatan Optima yang dihadapi adalah perawatan LCD karena membutuhkan kehati-hatian”, pungkasnya. (NR/ESP).

Penyandang disabilitas tuna wicara mempunyai keterbatasan untuk dapat berkomunikasi dengan menggunakan organ suara dengan orang di sekitarnya. Memang saat ini telah lama dikembangkan pemakaian bahasa isyarat bagi difabel tunawicara, namun tidak semua orang memahaminya. Hal inilah yang mendorong sekelompok mahasiswa UII untuk berinovasi.

Retno Gumilar (Teknik Industri) bersama 2 rekannya yakni Haryo Prawahandaru (Teknik Industri) dan Mufti Sayid Muqaffi (Teknik Industri) menciptakan jam yang dapat membantu komunikasi bagi tuna wicara dengan orang di sekitar melalui penerjemahan bahasa isyarat. Alat yang sedang dalam tahap monitoring dan evaluasi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari DIKTI ini diberi nama “Teg Watch” (The Guider Watch).

Penggunaan jam pintar itu juga punya tujuan lain sebagai alat mempermudah komunikasi. Salah satunya yakni potensi terjadinya tindakan kriminal semakin hari semakin berkembang seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Kejahatan dapat menyasar siapa pun korbannya, termasuk orang dengan kebutuhan khusus (difabel) yang juga dapat menjadi objek bagi pelaku tindak kejahatan. Guna mengurangi tindak kriminal pada kaum difabel terlebih tuna wicara, alat ini dirasa dapat menjadi salah satu solusi.

“Inovasi jam ini menjadi sebuah alat yang inovatif dan praktis untuk mengatasi permasalahan komunikasi antara tuna wicara dengan orang di sekitar serta dapat menghindarkan diri mereka dari tindak kejahatan,” ujar Retno Gumilar.

Disampaikan Retno Gumilar alat yang mereka rancang merupakan jam yang ada pada umumnya namun ditambahkan beberapa sensor flex yang menempel pada jari-jari difabel tuna wicara. Sehingga ketika seorang tuna wicara berkomunikasi melalui bahasa isyarat, sensor flex akan menterjemahkan bahasa isyarat menjadi suara.

Penggunaan dari alat ini pun cukup mudah. Kita hanya perlu menekan tombol penerjemah dalam jam dan bahasa isyarat akan otomatis menjadi suara lewat jam ini. “Bagi tuna wicara hanya perlu menekan satu tombol saja dan bahasa isyarat akan segera dapat dipahami oleh orang di sekitar lewat penerjemahan ke suara”, ungkapnya.

Saat ini inovasi yang mereka kembangkan memasuki tahap pembuatan aplikasi Teg Watch pada platform android dan juga pengoptimalan module GPS untuk mengetahui lokasi terkini pengguna dengan bimbingan dosen yakni Setyawan Wahyu Pratomo, S.T., M.T. Retno Gumilar dan rekan-rekan berharap inovasi ini dapat dinikmati oleh seluruh elemen masyarakat khususnya kaum difabel sehingga dapat memudahkan komunikasi serta menghindarkan mereka dari incaran pelaku kriminalitas. (ENI/ESP)

Perkembangan teknologi yang kian hari semakin canggih memotivasi mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) untuk terus berinovasi dalam memberikan karya terbaik bagi Indonesia. Salah satunya tampak dari raihan presatasi mahasiswa Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII di kancah internasional. Tim dari UII yaitu Tim Al-faraby yang terdiri dari Reno Dias Anggara (Teknik Industri 2015), Muhammad Iqbal Sabit (Teknik Industri 2015) dan Adinda Khairunnisa (Teknik Industri 2016) berhasil membawa nama baik UII pada ajang DESCOMFIRST 2018.

Design Competition for Industrial System dan Environment (DESCOMFIRST) 2018 merupakan acara tahunan se- Asia Tenggara yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS). Tahun ini, DESCOMFIRST 2018 mengusung tema “Manual Tools for Processing of Agricultural Technology”. Pada babak final, 15 tim yang lolos seleksi berkas proposal diharuskan untuk mempresentasikan hasil dari idenya pada Sabtu, (5/5) di Hotel Sunan Solo. Selain juga menunjukkan hasil karyanya berupa prototype pada kegiatan pameran yang diselenggarakan pada Minggu, (6/05) di Solo Paragon Mall.

Hasil karya mahasiswa UII yang dinamai Go-win berhasil menjadi Juara 1 pada DESCOMFIRST 2018. Go-win merupakan alat yang berupa skuter yang dapat digunakan untuk melakukan pembibitan tanaman pada bidang Agroteknologi. Go-win memiliki kemampuan menggali tanah, menaruh bibit dan mengatur jarak tanam. “Biasanya dalam menanam bibit baru, diperlukan 3 alat yang akan digunakan untuk menggali tanah, menaruh bibit dan alat yang digunakan mengatur jarak tanam. Tapi, kita berhasil menciptakan alat yang mampu digunakan untuk 3 pekerjaan itu sekaligus. Jadi setiap bagian skuter punya perannya masing-masing,” Jelas Iqbal.

Iqbal melanjutkan, Tim Al-faraby mempersiapkan Go-win sejak November 2017. Selama proses persiapan, Tim Al-faraby menyerahkan sepenuhnya kepada vendor untuk pembuatan Go-win yang juga dibantu oleh Jurasan Teknik Mesin UII dalam pembuatan prototypenya. “Kalau untuk prototype kita menyerahkan sepenuhnya ke vendor dan juga dapat bantuan dari Jurusan Teknik Mesin. Kami fokus untuk presentasi,” lanjutnya.

Kedepannya, pada tahun 2019 Tim Al-faraby berencana untuk memproduksi Go-win dan melalukan sosialisasi kepada para petani di desa-desa sehingga akan memudahkan pekerjaan mereka. “Karna Protoypenya ini udah hampir 90% layak untuk digunakan, jadi kami berencana untuk memproduksi tahun depan sehingga para petani bisa secepatnya menggunakannya,” tutupnya. (NI/RS)

Berdasar surat Direktur Kemahasiswaan, Didin Wahidin, Nomor : 1020/B3.1/KM/2018 tertanggal 3 April 2018, Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) meraih 17 atau 18% dari 92 proposal keseluruhan UII yang dinyatakan lolos seleksi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 Bidang untuk pendanaan tahun anggaran 2018 dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

“Kami bangga, Mahasiswa UII mampu berkompetisi di Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 Bidang yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) ini dan berharap ke depan semakin banyak lagi Mahasiswa UII ikut serta menunjukkan kemampuan dan prestasi di bidang akademiknya,” ungkap Harwati, ST, MT, Sekretaris Program Studi Teknik Industri FTI UII melalui pesan singkatnya (04 April 2018)

Lolosnya ke 17 proposal tersebut, didominasi dari Mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Industri sejumlah 11 proposal, selanjutnya Mahasiswa dari Prodi Teknik Kimia sejumlah 3 proposal dan 2 proposal dari Mahasiswa Prodi Teknik Elektro serta Mahasiswa dari Prodi Teknik Mesin sejumlah 1 proposal

Program tersebut kerja antara Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan dengan Rektor/Ketua/Direktur Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Koordinator Kopertis Wilayah.

UII dalam kelompok tiga besar UII meraih jumlah terbesar yaitu 92 atau 48% dari 191 jumlah total Proposal se Kopertis Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta. Urutan kedua, disusul Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 25 proposal dan Universitas Sanata Dharma 14 proposal.

Jerri Irgo

Peluang bertransaksi dengan memanfaatkan kecanggihan telepon pintar kini kian diminati masyarakat. Terlebih kalangan anak muda, khususnya mahasiswa yang saban hari akrab dengan penggunaan telepon pintar. Peluang ini dilirik Fathia Nisa, mahasiswa jurusan Teknik Industri angkatan 2014. Ia mencetuskan gagasan mengenai pembayaran elektronik dengan memaksimalkan uang elektronik dari provider seluler Telkomsel.

Mahasiswa yang akrab disapa Fathia ini menjelaskan di era kemajuan teknologi, mahasiswa sangat membutuhkan alat pembayaran yang dapat menunjang segala keperluan transaksi di lingkungan kampus dengan cepat, aman dan mudah. “Kita sekarang sedang menuju cashless society. Jalan tol saja memakai E – money, kenapa tidak dengan melakukannya juga di kantin kampus misalnya”, ungkapnya kepada Humas UII di kampus terpadu UII, Senin (22/1).

Fathia menambahkan berdasarkan kuisioner yang telah dia sebar kepada 135 responden di kampus diperoleh data menarik tentang penggunaan uang elektronik. Menurut surveinya, hanya 25% responden yang menggunakan uang elektronik dari Telkomsel. Namun sebanyak 75% responden setuju jika uang elektronik dapat digunakan bertransaksi di lingkungan kampus.

“Sekarang sedang gencar – gencarnya transaksi menggunakan uang elektronik. Jadi tidak ada salahnya di lingkungan kampus mulai diedukasikan uang elektronik,” tambahnya.

Fathia menyebut gagasannya dengan UII Tcash, Where E – money Goes to Campus. Gagasannya itu ia sampaikan pada program Indonesia Next 2017. Ia berhasil menyampaikan gagasannya dengan baik di depan petinggi Telkomsel. “Awalnya gugup sampai bolak – balik kamar mandi. Tapi saya mencoba tetap tenang dan Alhamdulillah berhasil,” ungkapnya.

Berkat keberhasilannya dalam menyampaikan gagasannya Fathia berhasil menjadi 10 peserta terbaik dalam program Indonesia Next 2017. Ia pun berkesempatan berangkat menuju kota San Fransisco, Amerika Serikat untuk mengikuti kunjungan ke beberapa startup digital seperti Google. Fathia juga menyampaikan kepada mahasiswa khususnya di UII bahwa jangan tertutup dengan hal – hal yang sebelumnya tidak mengerti.

“Jangan takut untuk memulai hal – hal baru karena banyak ilmu yang bisa kita dapat. Maksimalkan kesempatan yang ada dan tentu saja untuk selalu mengerjakan segala sesuatunya dengan sungguh sungguh,” pungkasnya. (ENI)

di muat di uii.ac.id

3rd utu award merupakan lomba yang diselenggarakan oleh universitas teuku umar yang bekerjasama dengan kemristekdikti, dimana terdapat 4 kategori yang dilombakan seperti desain toko online, produk inovatif, perencanaan bisnis, Dan riset unggulan. Proses seleksi dilakukan dengan pendaftar sebanyak 511, yang memenuhi persyaratan 272, dimana kategori terbanyak pada perencanaan bisnis yaitu 127.

Mahasiswa Teknik Industri meraih Juara 3 kategori perencanaan bisnis, di Universitas Teuku Umar. Adalah Dwi Adi Purnama (2014), Feny Yuliana (2014), Muhammad Rizal (2015) dengan mengusung judul perencanaan bisnis Co Fire (Coco Fiber Pillow With Relaxing Aromatic System) : Inovasi Pengolahan Limbah Sabut Kelapa Menjadi Ragam Kreasi bantal Motif Aksara Jawa dan Batik Ciprat Modern dengan Sediaan Aromaterapi Berbasis Socio Enterpreneurship. Sebelumnya Dwi Adi dan tim mampu lolos terpilih sebagai 5 Nominator terbaik yang selanjutnya mempresentasikan materi lomba di hadapan Dewan Juri 10 November 2017 di UTU , Meulaboh Aceh Barat.

Mahasiswa UII kembali meraih prestasi di tingkat nasional. Kali ini, di ajang Asean Data Science Explorers (ASEANDSE) 2017 tim UII yang terdiri dari Gugun Maulana dan Alfiqra berhasil meraih juara 2nd Runner Up pada ajang tersebut.

ASEANDSE 2017 merupakan kompetisi yang diselenggarakan oleh ASEAN Foundation bekerjasama dengan SAP Southeast Asia. Untuk regional Indonesia sendiri kompetisi ini diselenggarakan di SAP Indonesia Office, Jakarta pada Kamis (19/10). Peserta pada kompetisi ini merupakan mahasiswa aktif sarjana yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia, di antaranya ITS, UI, Binus, dan lainnya.

Gugun selaku Ketua Tim menjelaskan, kompetisi ini difokuskan pada keahlian menganalisis data. “Jadi data itu dikumpulkan, lalu diolah, kemudian setelah didapatkan hasilnya baru kita berikan rekomendasi”, ujar mahasiswa Teknik Industri UII itu.

Terdapat 6 tema yang dilombakan pada ASEANDSE 2017 yang merupakan tema-tema aktual. Tema yang diangkat erat dengan isu-isu sosial, seperti isu kemiskinan, pengangguran, kesehatan, lingkungan dan lainnya. “Panitia mengharuskan peserta memilih salah satu tema untuk dijadikan project data analysis dan yang kami pilih adalah Design Work and Economic Growth. Tema tersebut merupakan bagian dari Sustainable Development Goals (SDG) yang digagas PBB yakni melingkupi pertumbuhan ekonomi dan terkait isu – isu pekerjaan yang layak”, tambah Gugun.

Saat ditanya Humas UII mengapa tertarik mengikuti kompetisi ini, ia mengungkapkan karena ia memang memiliki ketertarikan dengan dunia SAP. Di samping itu ,UII khususnya Laboratorium ERP Teknik Industri bekerja sama dengan SAP.

“Sebagai asisten Lab. ERP, kami juga menerima undangan langsung untuk mengikuti lomba tersebut melalui Ketua Prodi. Saya berpikir ini kesempatan yang besar, karena universitas di Indonesia sendiri masih sangat sedikit yang menggunakan software SAP”, tuturnya.

Dengan mengikuti kompetisi seperti ini, ia berkesempatan melakukan presentasi di depan orang-orang penting, seperti Menteri Luar Negeri ASEAN, Duta Besar Jerman, dan Direktur SAP Southeast Asia. Kompetisi juga memperluas jaringan para peserta.

Gugun berharap bisa mengikuti kompetisi sejenis lainnya. Ia juga berharap semoga teman – teman mahasiswa UII bisa terus melanjutkan tradisi meraih prestasi di kompetisi tahunan seperti ini. (MDP)

Challenge on Product Design and Ergonomics (CHRONICS) 2017 yaitu kompetisi desain produk dan ergonomi yang paling dinanti di Asia Tenggara. Tahun ini akan menjadi kesembilan kalinya Chronics diadakan, dimana mahasiswa Teknik Industri dari seluruh Asia Tenggara berkumpul untuk berkompetisi dan mempresentasikan gagasan mereka yang menakjubkan mengenai desain produk secara kreatif dan orisinil.

Tema tahun ini adalah “Innovative Breakthroughs in Crime Prevention”. Pencegahan kejahatan adalah tindakan untuk mengurangi, mencegah, dan mengantisipasi risiko kejahatan dan penjahat. Hal ini tidak hanya mencegah kejahatan dan korban, tetapi juga mempromosikan keamanan masyarakat dan keselamatan atas diri sendiri. Kami (Adam Ferdian F, Rr. Anya Oktarahmawati, Zhafira Nadia)  sebagai mahasiswa Teknik Industri UII ikut berpartisipasi dalam ajang Chronics tahun ini, yang diadakan tanggal 14-17 September 2017 dengan 4 hari rangkaian acara.

Gagasan produk yang kami ajukan adalah La Fonte (Luggage Safer for Fun Travelling),yang merupakan cover koper untuk melindungi koper sehingga barang-barang di dalam koper tidak hilang atau dicuri oeh orang yang tidak bertanggung jawab. Material cover yang digunakan memiliki spesifikasi tahan terhadap senjata tajam, api, dan air. Selain  itu, La Fonte dilengkapi dengan gembok magnetik yang hanya dapat bekerja dengan kunci magnetik dengan seri magnet yang sama. Tidak ada celah untuk merusak / mematahkan gembok karena semua bagian lock tertutup dan dilengkapi dengan bahan baja ringan berlapis karet. Pencapaian dari tim kami yang bernama Zhafran Project yaitu 2nd Runner Up Challenge on Product Design and Ergonomics (CHRONICS) UGM 2017.

PIMNAS merupakan tolok ukur dari prestasi penalaran dan kreativitas mahasiswa di Indonesia. PIMNAS yang kompetitif, kreatif, inovatif dan solutif, dengan tetap mengedepankan semangat kebersamaan dan persatuan

Tim ESHOTICS yang di ketuai Muhammad Iqbal Sabit, dengan anggota Rahmawati Fanansyah Putri, David Arohman, Nuraditya Ahmad Fikut (Prodi Teknik Industri), dan Hasyim Abdulloh,  (prodi Teknik Elektro) mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa-Karsacipta (PKM-KC). PKM-KC merupakan program penciptaan yang didasari atas karsa dan nalar mahasiswa. Program ini bersifat konstruktif dan harus mampu menghasilkan suatu sistem, desain, model/barang atau prototip dan sejenisnya.

“Alhamdulillah, Tim Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) ESHOTICS, meraih  1 medali emas untuk Poster dan 1 medali perunggu untuk Presentasinya di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 30 Tahun 2017 di Universitas Muslim Indonesia, Makassar (23 sd 28 Agustus 2017)” ungkapan syukur Setyawan Wahyu Pratomo, ST, MT, Dosen Pendamping melalui pesan singkatnya yang dikirimkan dari lokasi PIMNAS di Makassar (27 Agustus 2017)

Keunggulan Tim ESHOTICS, yang pasti adalah mampu bersinergi dengan baik antar mahasiswa walau lintas program studi, komunikasi yang baik juga dengan pembimbing. Tim ini mandiri, kreatif, inisiatif tinggi dan tidak mudah menyerah. Kekompakan Tim ESHOTICS juga tampak saat penyampaian presentasi yang baik. “Saya selalu tekankan kalau ingin hasil yang maksimal, effort nya harus luar biasa, pantang menyerah  dan tahan banting” ujar Setyawan Wahyu Pratomo, ST, MT sebagai dosen pembimbing.

Pelajaran yang dapat kita ambil dari pengalaman ini adalah ide kreatifitas tentang pengembangan teknologi sedapat mungkin untuk dapat dikembangkan dan diimplementasikan dalam produk nyata, tidak hanya sebatas ide saja, karena setiap implementasi atas ide kreatifitas itu akan muncul karya anak bangsa yang bermanfaat bagi bangsa dan negara Indonesia.

“Adapun pelajaran lain, adalah karya anak bangsa ternyata secara kualitas tidak kalah dengan negara lain, sehingga maju terus, kembangkan karya dengan kreatifitas agar dapat mampu bersaing di kancah global” pungkas Setyawan

“Alhamdulillah, Tim Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) ESHOTICS, meraih  1 medali emas untuk Poster dan 1 medali perunggu untuk Presentasinya di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 30 Tahun 2017 di Universitas Muslim Indonesia, Makassar (23 sd 28 Agustus 2017)” ungkapan syukur Setyawan Wahyu Pratomo, ST, MT, Dosen Pendamping melalui pesan singkatnya yang dikirimkan dari lokasi PIMNAS di Makassar (27 Agustus 2017)

Muhammad Iqbal Sabit , sebagai ketua Tim ESHOTICS, dengan anggota Rahmawati Fanansyah Putri, David Arohman, Nuraditya Ahmad F, keempat mahasiswa tersebut adalah mahasiswa program studi (prodi) Teknik Industri 2015 dan Hasyim Abdulloh, dari prodi Teknik Elektro 2014.

Tim ESHOTICS ikut Program Kreativitas Mahasiswa-Karsacipta (PKM-KC) merupakan program penciptaan yang didasari atas karsa dan nalar mahasiswa. Program ini bersifat konstruktif dan harus mampu menghasilkan suatu sistem, desain, model/barang atau prototip dan sejenisnya.

Keunggulan Tim ESHOTICS, yang pasti adalah mampu bersinergi dengan baik antar mahasiswa walau lintas program studi, komunikasi yang baik juga dengan pembimbing. Tim ini mandiri, kreatif, inisiatif tinggi dan tidak mudah menyerah. Kekompakan Tim ESHOTICS juga tampak saat penyampaian presentasi yang baik. “Saya selalu tekankan kalau ingin hasil yang maksimal, effort nya harus luar biasa, pantang menyerah  dan tahan banting” ujarnya

PIMNAS merupakan tolok ukur dari prestasi penalaran dan kreativitas mahasiswa di Indonesia. PIMNAS yang kompetitif, kreatif, inovatif dan solutif, dengan tetap mengedepankan semangat kebersamaan dan persatuan

Pelajaran yang dapat kita ambil dari pengalaman ini adalah ide kreatifitas tentang pengembangan teknologi sedapat mungkin untuk dapat dikembangkan dan diimplementasikan dalam produk nyata, tidak hanya sebatas ide saja, karena setiap implementasi atas ide kreatifitas itu akan muncul karya anak bangsa yang bermanfaat bagi bangsa dan negara Indonesia.

“Adapun pelajaran lain, adalah karya anak bangsa ternyata secara kualitas tidak kalah dengan negara lain, sehingga maju terus, kembangkan karya dengan kreatifitas agar dapat mampu bersaing di kancah global” pungkas Setyawan

Jerri Irgo