Fauzan short degree program in saxion

It is spring in Europe during Ramadan 1441 H. This year, most of Moslems in Europe fast under the coronavirus lockdown, including Moslems in Netherlands. All the mosques are closed as restriction imposed by that country to curb the active spread of covid-19 virus.
Ramadhan in Netherlands takes 18 to 19 hours, longer if being compared with fasting duration in Indonesia. There, Imsak/Fajr is started at 4 AM, while the Maghrib is verified at 9 PM.
“It is a challenging feeling to have Ramadhan here, due to its longer duration and being apart from parents” said Fauzan Mahdy, one of the students of International Program, Industrial Engineering Undergraduate Program, Faculty of Industrial Technology, Universitas Islam Indonesia. Currently, he is accomplishing the Short Degree Program at Business Engineering, Saxion University, Netherland.
Since officially semi-lockdown was enacted by Netherlands government from February to June 1, 2020 with extension possibility, all schools, universities and offices have been closed. It makes the Moslems have found different condition in celebrating Ramadhan due to social distancing and limitation.
It is further stated by Fauzan “I no longer have class schedule recently, since I am conducting final project for the program. In-campus activities have been closed until June 1, 2020. Yet, for students who still have class sessions, it will be performed by online.”
Published also by UII News

Mahasiswa Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (UII) tuai prestasi di kancah nasional. Adalah Zakka Ugi Rizqi dan Naufal Alfareza meraih juara 3 pada CONSTRAIN (Competition of Industrial Engineering) yang diadakan pada tanggal 5-8 September 2019 di Universitas Hasanuddin, Makassar. Kedua mahasiswa tersebut mengusung tema “Maritim Logistics” khususnya mengenai permasalahan yang dihadapi perusahaan Terminal Petikemas Makassar (TPM).

 

 

Download disini

Lomba Video Kreatif diadakan oleh Labma Scientific Fair 2019 dengan tahapan seleksi yakni tahap 1 seleksi video dan tahap 2 presentasi. Seleksi video diadakan dari bulan agustus sampai oktober 2019 dengan anggota puluhan peserta. Perwakilan dari Jurusan Teknik Industri berhasil meraih juara I pada kompetisi ini.

Tim yang beranggotakan Kresna Adji Setya Wardhana, Nadhita Az Zahrah dan Zain Akbar Rivaldhy membuat sebuah video kreatif berjudul Our Anxiety. pada video kreatif tersebut bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat untuk mengurangi penggunaan sampah plastic. Menurut World Bank, Sampah plastik di Dunia saat ini mencapai 150 juta ton. Sedangkaan di Indonesia, jumlah timbunan sampah sudah mencapai 65,2 juta ton pertahun.

Sampah plastik akan selalu meningkat jika tren urbanisasi, produksi, dan konsumsi selalu berlanjut. Dari keseluruhan sampah yang ada, 57 persen yang ditemukan di pantai adalah sampah plastik. Sampah plastik tidak mudah terurai, sehingga dapat menyebabkan masalah yang serius.

Video kreatif yang dibuat menampilkan latar belakang 5 tempat yang berbeda yang mengandung pesan tersirat di masing-masing tempat, yakni pantai, gumuk pasir, blue lagoon, hutan, dan kota. Nadhita berharap video yang dibuat dapat menjadikan penontonnya mengambil value  serta dapat .mengurangi konsumsi sampah plastik.

Pesatnya perkembangan zaman menjadikan banyak munculnya inovasi yang dapat dibuat untuk menyelesaikan permasalahan yang kerap terjadi. Kesempatan untuk berinovasi tersebut dipergunakan oleh mahasiswa-mahasiswi Universitas Islam Indonesia, salah satunya pada ajang INDISCO (Industrial Design Seminar and Competition). INDISCO merupakan sebuah kompetisi dan seminar mengenai desain produk yang ditujukan untuk mahasiswa-mahasiswi se-Asia Tenggara dan sekitarnya. Acara tersebut diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Industri, Universitas Diponegoro, Indonesia. Teknik Industri UII berhasil meloloskan 2 tim untuk berlaga di semifinal 20 besar dan membawa nama baik UII pada ajang tersebut.

Tahap semifinal merupakan tahap dimana tiap tim yang telah lolos seleksi berkas proposal diwajibkan untuk presentasi mengenai rancangan produk kepada dewan juri pada Jumat-Sabtu (2-3/11) di Hotel Grasia, Semarang. Setelah itu terdapat tahap 5 besar yang mana tim yang lolos diharuskan untuk mempromosikan ide mereka secara langsung kepada masyarakat melalui pameran pada hari Minggu (4/11) di Car Free Day, Jalan Simpang Lima, Semarang.

Tim dari UII adalah tim NAT 4.0 yang beranggotakan Muhammad Taufik Anugerah (Teknik Industri angkatan 2014), Adam Ferdian Farizky (Teknik Industri angkatan 2014), dan Nashtiti Aliafari (Teknik Industri angkatan 2014) serta tim Alif Lam Mim yang beranggotakan Muhammad Iqbal Sabit (Teknik Industri angkatan 2015), Ahmad Hanif Faiz (Teknik Industri angkatan 2016), dan Dennis Kusuma (Teknik Industri angkatan 2016). Masing-masing tim membuat rancangan yang sesuai dengan tema INDISCO 10, yaitu “Inclusive Design for Convenient Daily Activities”. Rancangan produk dari Tim NAT 4.0 berhasil menjadi juara 2nd Runner Up pada INDISCO 2018. Rancangan yang diusung adalah shower yang multifungsi dan ergonomis yang diberi nama Wafles Shower. Wafles shower mempunya fungsi penyaring bakteri dan virus, penetralisir PH air, terdapat fitur pengatur tekanan air, terdapat brush yang adjustable dan dapat berputar secara otomatis untuk membersihkan bagian tubuh yang sulit dijangkau seperti punggung, dan shower tersebut dapat dibawa dan dipasang dimana saja. Tim Alif Lam Mim juga berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Favorite Team. Produk yang diusung adalah alat untuk mengangkat dan memasang galon air secara otomatis, sehingga pengguna dapat terhindar dari risiko cidera.

Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) yang terdiri dari Mukhlas Dwi Putra, program studi Teknik Industri dan Nur Arifan dari program studi Manajemen mengikuti ajang konferensi internasional, 4th International Conference on Industrial and Business Engineering (ICIBE 2018) di Macau pada 24-26 Oktober 2018.

ICIBE 2018 merupakan konferensi yang bertujuan untuk mempertemukan para peneliti, ilmuwan, insinyur, maupun mahasiswa sarjana untuk bertukar dan berbagi pengalaman, ide-ide baru, dan hasil penelitian tentang semua aspek Teknik Industri dan Bisnis, serta mendiskusikan tantangan praktis yang dihadapi dan solusi yang diadopsi.

Dalam konferensi tersebut, Mukhlas dan Rifan membawakan paper dengan judul Waste Minimization Using Value Stream Analysis Tool (VALSAT) to Increase Company Productivity. Disampaikan oleh Mukhlas, penelitian ini dilakukan di salah satu UKM Gudeg yang ada di Yogyakarta. “Banyaknya UKM-UKM Gudeg yang tersebar di Jogja tentunya menjadi tantangan tersendiri untuk UKM tersebut agar bisa bersaing”, paparnya.

Ia menambahkan, di tempat penelitian tersebut dilakukan analisis waste (pemborosan) apa saja yang terjadi dengan menggunakan metode VALSAT, setelah diketahui kemudian mana yang akan di prioritaskan untuk diselesaikan, setelah itu barulah di berikan rekomendasi-rekomendasi kepada pemilik UKM Gudeg yang bersangkutan. “Tujuan akhirnya agar produktivitas dari UKM Gudeg yang diteiti tersebut bisa meningkat”, tandasnya.

Sementara itu Rifan mengungkapkan konferensi yang rutin diadakan setiap tahunnya ini diikuti oleh berbagai kalangan mulai dari Profesor, praktisi hingga mahasiswa dari berbagai negara seperti, Jerman, Rusia, Swedia, Korea Selatan, USA, Malaysia, Filipina, Peru, Indonesia dan masih banyak lagi. “Selain kami yang dari UII, dari Indonesia sendiri juga ada perwakilan dari UI dan juga UNDIP”, tuturnya.

“Semoga para mahasiswa UII lainnya bisa termotivasi untuk mengikuti kegiatan-kegiatan serupa, selain menambah pengetahuan dan pengalaman tentunya juga membangun jaringan dengan akademisi serta praktisi yang hadir dalam konferensi”, pungkas mereka.

Isu mengenai limbah makanan saat ini sedang ramai diperbincangkan. Permasalahan timbul karena makanan yang tersedia tidak habis dikonsumsi hingga masa kadaluarsa. Isu tersebut rupanya mendorong sekelompok mahasiswa UII untuk membuat sebuah produk bernama “OPTIMA, Inovasi Produk Toples Pengingat Masa Kadaluarsa”. Tujuan dibuatnya alat ini sebagai solusi untuk meminimalkan makanan bersisa melewati masa kadaluarsa. Dengan beranggotakan tiga orang yang terdiri dari Oktavira Revi (Teknik Industri 2015), Nadia Zhafira (Teknik Industri 2015), dan Adienta Mustika Ma’arij (Teknik Industri 2015).

Disampaikan Oktavira Revi, prosedur kerja yang diterapkan dengan memasukkan toples yang sudah terisi makanan ke dalam Optima. Kemudian tombol daya dinyalakan sehingga display LCD hidup. Alat ini dilengkapi dengan aplikasi, sehingga kontrol dapat dilakukan pada smartphone yang sudah terpasang aplikasi Optima.

“Kontrol dapat dilakukan karena nama makanan dan tanggal kadaluarsa sudah diinput sebelumnya dan akan muncul pada display LCD. Sejak di input data makanan tersebut, display mulai melakukan expired countdown. Dilengkapi dengan lampu indikator dapat memudahkan konsumen untuk mengetahui waktu sisa kadaluarsa produk”, tambahnya.

Sedangkan lampu hijau menunjukkan makanan masih aman dikonsumsi. Lampu kuning merupakan signal waktu kadaluarsa tinggal 3 hari dan lampu merah sebgai tanda makanan telah melewati masa kadaluarsa.

“Kelebihan yang dimiliki oleh Optima sangat memudahkan konsumen karena terintegrasi dengan aplikasi di smartphone”, ujarnya. Meskipun demikian masih terdapat beberapa hal yang perlu dikembangkan. Salah satunya kendala yang dapat menghambat sistem kerja Optima terkait dengan masalah belum semua makanan dilengkapi dengan informasi kadaluarsa.

“Tantangan selama proses pembuatan Optima yang dihadapi adalah perawatan LCD karena membutuhkan kehati-hatian”, pungkasnya. (NR/ESP).

Penyandang disabilitas tuna wicara mempunyai keterbatasan untuk dapat berkomunikasi dengan menggunakan organ suara dengan orang di sekitarnya. Memang saat ini telah lama dikembangkan pemakaian bahasa isyarat bagi difabel tunawicara, namun tidak semua orang memahaminya. Hal inilah yang mendorong sekelompok mahasiswa UII untuk berinovasi.

Retno Gumilar (Teknik Industri) bersama 2 rekannya yakni Haryo Prawahandaru (Teknik Industri) dan Mufti Sayid Muqaffi (Teknik Industri) menciptakan jam yang dapat membantu komunikasi bagi tuna wicara dengan orang di sekitar melalui penerjemahan bahasa isyarat. Alat yang sedang dalam tahap monitoring dan evaluasi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari DIKTI ini diberi nama “Teg Watch” (The Guider Watch).

Penggunaan jam pintar itu juga punya tujuan lain sebagai alat mempermudah komunikasi. Salah satunya yakni potensi terjadinya tindakan kriminal semakin hari semakin berkembang seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Kejahatan dapat menyasar siapa pun korbannya, termasuk orang dengan kebutuhan khusus (difabel) yang juga dapat menjadi objek bagi pelaku tindak kejahatan. Guna mengurangi tindak kriminal pada kaum difabel terlebih tuna wicara, alat ini dirasa dapat menjadi salah satu solusi.

“Inovasi jam ini menjadi sebuah alat yang inovatif dan praktis untuk mengatasi permasalahan komunikasi antara tuna wicara dengan orang di sekitar serta dapat menghindarkan diri mereka dari tindak kejahatan,” ujar Retno Gumilar.

Disampaikan Retno Gumilar alat yang mereka rancang merupakan jam yang ada pada umumnya namun ditambahkan beberapa sensor flex yang menempel pada jari-jari difabel tuna wicara. Sehingga ketika seorang tuna wicara berkomunikasi melalui bahasa isyarat, sensor flex akan menterjemahkan bahasa isyarat menjadi suara.

Penggunaan dari alat ini pun cukup mudah. Kita hanya perlu menekan tombol penerjemah dalam jam dan bahasa isyarat akan otomatis menjadi suara lewat jam ini. “Bagi tuna wicara hanya perlu menekan satu tombol saja dan bahasa isyarat akan segera dapat dipahami oleh orang di sekitar lewat penerjemahan ke suara”, ungkapnya.

Saat ini inovasi yang mereka kembangkan memasuki tahap pembuatan aplikasi Teg Watch pada platform android dan juga pengoptimalan module GPS untuk mengetahui lokasi terkini pengguna dengan bimbingan dosen yakni Setyawan Wahyu Pratomo, S.T., M.T. Retno Gumilar dan rekan-rekan berharap inovasi ini dapat dinikmati oleh seluruh elemen masyarakat khususnya kaum difabel sehingga dapat memudahkan komunikasi serta menghindarkan mereka dari incaran pelaku kriminalitas. (ENI/ESP)

Berdasar surat Direktur Kemahasiswaan, Didin Wahidin, Nomor : 1020/B3.1/KM/2018 tertanggal 3 April 2018, Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) meraih 17 atau 18% dari 92 proposal keseluruhan UII yang dinyatakan lolos seleksi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 Bidang untuk pendanaan tahun anggaran 2018 dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

“Kami bangga, Mahasiswa UII mampu berkompetisi di Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 Bidang yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) ini dan berharap ke depan semakin banyak lagi Mahasiswa UII ikut serta menunjukkan kemampuan dan prestasi di bidang akademiknya,” ungkap Harwati, ST, MT, Sekretaris Program Studi Teknik Industri FTI UII melalui pesan singkatnya (04 April 2018)

Lolosnya ke 17 proposal tersebut, didominasi dari Mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Industri sejumlah 11 proposal, selanjutnya Mahasiswa dari Prodi Teknik Kimia sejumlah 3 proposal dan 2 proposal dari Mahasiswa Prodi Teknik Elektro serta Mahasiswa dari Prodi Teknik Mesin sejumlah 1 proposal

Program tersebut kerja antara Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan dengan Rektor/Ketua/Direktur Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Koordinator Kopertis Wilayah.

UII dalam kelompok tiga besar UII meraih jumlah terbesar yaitu 92 atau 48% dari 191 jumlah total Proposal se Kopertis Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta. Urutan kedua, disusul Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 25 proposal dan Universitas Sanata Dharma 14 proposal.

Jerri Irgo

Peluang bertransaksi dengan memanfaatkan kecanggihan telepon pintar kini kian diminati masyarakat. Terlebih kalangan anak muda, khususnya mahasiswa yang saban hari akrab dengan penggunaan telepon pintar. Peluang ini dilirik Fathia Nisa, mahasiswa jurusan Teknik Industri angkatan 2014. Ia mencetuskan gagasan mengenai pembayaran elektronik dengan memaksimalkan uang elektronik dari provider seluler Telkomsel.

Mahasiswa yang akrab disapa Fathia ini menjelaskan di era kemajuan teknologi, mahasiswa sangat membutuhkan alat pembayaran yang dapat menunjang segala keperluan transaksi di lingkungan kampus dengan cepat, aman dan mudah. “Kita sekarang sedang menuju cashless society. Jalan tol saja memakai E – money, kenapa tidak dengan melakukannya juga di kantin kampus misalnya”, ungkapnya kepada Humas UII di kampus terpadu UII, Senin (22/1).

Fathia menambahkan berdasarkan kuisioner yang telah dia sebar kepada 135 responden di kampus diperoleh data menarik tentang penggunaan uang elektronik. Menurut surveinya, hanya 25% responden yang menggunakan uang elektronik dari Telkomsel. Namun sebanyak 75% responden setuju jika uang elektronik dapat digunakan bertransaksi di lingkungan kampus.

“Sekarang sedang gencar – gencarnya transaksi menggunakan uang elektronik. Jadi tidak ada salahnya di lingkungan kampus mulai diedukasikan uang elektronik,” tambahnya.

Fathia menyebut gagasannya dengan UII Tcash, Where E – money Goes to Campus. Gagasannya itu ia sampaikan pada program Indonesia Next 2017. Ia berhasil menyampaikan gagasannya dengan baik di depan petinggi Telkomsel. “Awalnya gugup sampai bolak – balik kamar mandi. Tapi saya mencoba tetap tenang dan Alhamdulillah berhasil,” ungkapnya.

Berkat keberhasilannya dalam menyampaikan gagasannya Fathia berhasil menjadi 10 peserta terbaik dalam program Indonesia Next 2017. Ia pun berkesempatan berangkat menuju kota San Fransisco, Amerika Serikat untuk mengikuti kunjungan ke beberapa startup digital seperti Google. Fathia juga menyampaikan kepada mahasiswa khususnya di UII bahwa jangan tertutup dengan hal – hal yang sebelumnya tidak mengerti.

“Jangan takut untuk memulai hal – hal baru karena banyak ilmu yang bisa kita dapat. Maksimalkan kesempatan yang ada dan tentu saja untuk selalu mengerjakan segala sesuatunya dengan sungguh sungguh,” pungkasnya. (ENI)

di muat di uii.ac.id

3rd utu award merupakan lomba yang diselenggarakan oleh universitas teuku umar yang bekerjasama dengan kemristekdikti, dimana terdapat 4 kategori yang dilombakan seperti desain toko online, produk inovatif, perencanaan bisnis, Dan riset unggulan. Proses seleksi dilakukan dengan pendaftar sebanyak 511, yang memenuhi persyaratan 272, dimana kategori terbanyak pada perencanaan bisnis yaitu 127.

Mahasiswa Teknik Industri meraih Juara 3 kategori perencanaan bisnis, di Universitas Teuku Umar. Adalah Dwi Adi Purnama (2014), Feny Yuliana (2014), Muhammad Rizal (2015) dengan mengusung judul perencanaan bisnis Co Fire (Coco Fiber Pillow With Relaxing Aromatic System) : Inovasi Pengolahan Limbah Sabut Kelapa Menjadi Ragam Kreasi bantal Motif Aksara Jawa dan Batik Ciprat Modern dengan Sediaan Aromaterapi Berbasis Socio Enterpreneurship. Sebelumnya Dwi Adi dan tim mampu lolos terpilih sebagai 5 Nominator terbaik yang selanjutnya mempresentasikan materi lomba di hadapan Dewan Juri 10 November 2017 di UTU , Meulaboh Aceh Barat.